Medan - Umat muslim wajib tahu peristiwa spektakuler yang dialami Nabi Muhammad SAW, yaitu Isra’ wal Mi’raj. Peristiwa isra’ wal mi’raj tidak terjadi begitu saja, melainkan ada asbab musabab-nya. Peristiwa yang Insya Allah hanya sekali sepanjang masa, memberikan pelajaran dan cobaan yang sangat berharga. Sebagaimana pada saat itu ada yang percaya dan tidak percaya atas peristiwa yang berdurasi sepertiga malam tersebut. Makna dan hikmah bukan hanya pengambilan salat saja, melainkan sebagai pedoman dan rujukan yang perlu diteladani darinya.Peristiwa Isra’ (perjalanan) diabadikan Allah dalam surah al-Isra’ ayat 1 dan Mi’raj (naik) di surah an-Najm ayat 13-15 sebagai berikut:
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Baca juga:
Dini Hari, Melepas Teman Berhaji
|
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (Kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’: 1)
وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ
Artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15)
Peristiwa Isra wal Mi’raj terjadi ketika ‘aam al-huzni (tahun sedih), sebab, ada dua kematian yang membuat nabi sedih, yaitu Abu Thalib dan Khadijah. Kedua tokoh ini merupakan peran penting dalam menjaga nabi dan dakwah Islam. Mungkin kita tahu, bagaimana cintanya Abu Thalib kepada nabi. Kecintaan Abu Thalib sudah dianggap sebagai anaknya, sebagaimana ketika Abu Thalib bertemu dengan Pendeta Barirah mengatakan “Ini adalah anakku, ” menunjukkan kasih sayangnya kepada nabi tak ada bedanya dengan anak kandungnya sendiri. Begitu juga dengan kecintaan nabi kepada istrinya Khadijah.
Di saat Khadijah masih ada, para kaum kafir Quraisy tidak berani membunuh dan mengusir nabi, karena masih memandang marwah Khadijah dan Abu Thalib. Akan tetapi, di tahun yang sama Abu Thalib dan Khadijah sebagai tempat pelindung telah meninggal dunia. Itulah yang membuat Nabi Muhammad sedih karena ditinggalkan oleh mereka berdua.Kota Mekkah sebagai tempat kelahirannya itu menjadi banyak musuh oleh penduduknya. Apalagi di saat Abu Thalib dan Khadijah telah tiada. Pada saat itulah nabi diusir oleh penduduk Makkah, lalu pergilah nabi ke negeri Thaif. Kepergiannya berharap kesedihan akan hilang, dengan harapan dakwah Islam diterima oleh mereka. Namun, untung ‘tak dapat ditolak, malang ‘tak dapat diraih, kesedihan malah semakin bertambah bagi nabi.
Sesampainya di negeri Tha’if, bukannya nabi disambut dengan baik, malahan nabi dihina, dilempari kotoran unta dan batu, sampai berdarah di sekitar wajahnya. Kejadian itu membuat nabi semakin bersedih. Tujuan Isra wal Mi’raj ini adalah untuk mempersaksikan ayat-ayat (tanda-tanda) kepada Rasulullah. Sehingga kesedihan yang diderita dan keletihan semangat yang dialami nabi dapat dipulihkan. Meskipun nabi ditinggal pergi oleh paman dan istri tercintanya yang selama ini menjadi pembela utamanya. Namun Allah ingin memperlihatkan kepadanya bahwa meskipun penduduk bumi bersekongkol hendak menggangu dan mengusir nabi, tapi seluruh penduduk langit berada di belakangnya. Dengan demikian nabi merasa tidak sendirian, karena ujung dari ayat tersebut dengan “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Melihat.” Maknanya ialah Allah akan mendengar keluh kesah, kesedihan dan ujian yang menimpah, jika kita mengaduh kepada-Nya.Penyambutan nabi yang tak mengenakkan itu, dihadapi dengan ketenangan jiwa seorang Rasulullah. Bahkan nabi tidak membenci mereka dan tidak sumpah serapah, malahan nabi memanjatkan doa:
اَللُّهُمَّ اِلَيْكَ اَشْكُوْ ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيْلَتِيْ وَهَوَانِيْ عَلَى النَّاسِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَاَنْتَ رَبِّي، اِلَى مَنْ تَكِلُّنِيْ اِلَى بَعِيْدٍ يَتَجَهَّمُنِيْ ؟ اَوْ اِلَى عَدُوٍّ مَلَكْتَهُ اَمْرِيْ ؟ اِنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ غَضَبٌ عَلَيَّ فَلاَ اُبَالِيْ وَلَكِنْ عَافِيَتَكَ هِيَ اَوْسَعُ لِيْ، أَعُوْذُ بِنُوْرِوَجْهِكَ الَّذِيْ اَشْرَقَتْ بِهِ الظُّلُمَاتُ، وَصَلُحَ عَلَيْهِ اَمْرُ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ مِنْ اَنْ تُنَزِّلَ بِي غَضَبُكَ اَوْ تَحُلُّ بِي سَخَطُكَ، لَكَ الْعَتْبَي حَتَّى تَرْضَي، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِكَ
Artinya: "Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu atas lemahnya kekuatanku dan sedikitnya usahaku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Engkaulah Tuhan semesta alam, Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan diriku. Kepada orang yang jauh yang menyerangku ataukah kepada Zat yang dekat yang mengatur urusanku. Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Aku berlindung terhadap cahaya wajah-Mu Yang menerangi kegelapan dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat, dan kemurkaan-Mu yang akan Kautimpakan kepadaku. Engkaulah Yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya dan upaya selain dan Engkau."
Begitulah hikmah jika di balik kesabaran dan pengaduan kepada Allah dari setiap masalah dan ujian, Allah akan kasih jalan keluar dan kebahagian yang tiada terduga. Jangan mudah putus asa, pasti akan indah pada waktunya. Ketika nabi di mi’raj-kan, di langit pertama nabi bertemu dengan Nabi Adam as (sebagai bapaknya manusia). Kemudian naik ke langit kedua bertemu Nabi Isa dan Yahya, langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf, langit keempat bertemu dengan Nabi Idris, lengit kelima bertemu Harun, lengit keenam bertemu dengan nabi Musa, dan langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim as. Pertemuan tersebut merupakan tanda kemuliaan nabi dan umat Islam. Perintah salat yang begitu penting untuk dijadikan kebiasaan, karena perintah salat itu berasal dari langit bukan dari bumi. Ada satu ibadah yang pertama dan terakhir, pertama ditanya di hari kiamat, dan terakhir hilang ketika kiamat, yaitu salat. Ketika kita mendapatkan masalah, mengadulah kepada Allah dengan salat. Sebelum kita di mi’raj-kan derajat, maka isra’-kanlah dulu salat.